Archive for April 2018

Menelusuri Konsep Manusia dan Cinta Kasih Melalui Metode Wawancara dan Observasi ke Masyarakat Kurang Mampu
Ilmu Budaya Dasar



Disusun Oleh:
M. HILMAN DZAKI ARFADILLAH OLII (16117534)
RAINDECA DZULIKROM HAQQU (14117910)
SINDI FERNANDA (161175340)

1KA16



FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA





            A.    Mencari Objek Observasi    
Dalam eksplorasi ini kelompok kami berkeliling di sekitar kampus E Universitas Gunadarma. Berbeda dengan kebanyakan kelompok 1KA16 yang lain, kami mencari berbagai objek observasi dengan cara blusukan ke daerah yang bahkan kami tidak tau tempatnya. Kami sengaja membuat diri kamu nyasar dari tempat semestinya agar kami bisa mendapatkan data yang sesuai dengan apa yang kami inginkan.
            Dalam observasi kami menemukan berbagai macam objek yang pas untuk dijadikan bahan observasi. Kami melihat seorang yang mengenakan kostum kelinci menari – nari mengikuti alunan lagu sembari ditemani oleh anak kecil membawa sebuah wadah kecil bekas kaleng cat. Mereka sendirian mencari nafkah walau hampir warga disekitar tidak terlalu memperhatikan mereka. Lokasi itu adalah di depan persis Masjid E Universitas Gunadarma. Kami berniat mewancarainya namun salah satu anggota kami, Sindi, berpendapat bahwa ia tidak bisa mewancarainya dengan alasan takut mengganggunya bekerja mengingat lokasi orang ini berada di tengah kerumunan dan peluang kami mengganggu objek obervasi lumayan besar.
            Selanjutnya kami membututi Pemulung yang bergerak tidak jauh dari lokasi objek observasi pertama. Sang pemulung tersebut bergerak begitu cepat dan kami membutui sang pemulung itu dari belakang tanpa diketahui jejaknya. Namun lama kelamaan sepertinya sang pemulung sadar bahwa diikuti, setelah 15 menit membutuii kami kehilangan jejak beliau. Lebih buruk lagi kami benar – benar tidak tahu di mana lokasi kami berada saat ini.
            Kami berusaha mencari Jalan raya terdekat dan kamipun berhasil menemukan jalan raya. Sembari berjalan ditemani oleh terik matahari yang begitu panas kami berdiskusi mengenai siapa objek observasi yang berikutnya.
            Tak jauh setelah kami berjalan kami menumukan beberapa tukang bangunan yang sedang bekerja dan ada yang sedang beristirahat. Melihat peluang ini kamipun memilih buruh tukang itu sebagai objek observasi kami.



            B.    Mewawancarai Objek Observasi
Objek Observasi kami mengenakan pakaian merah terkena noda bangunan dan topi untuk melindungi diri dari panas. Kami menemuinya yang sedang berbincang kecil dengan teman buruh yang lain yang ada di lokasi tersebut.
Pertama – tama kami mengucapkan salam dan meminta maaf untuk mengganggu waktu bekerja beliau. Berikutnya kami memperkenalkan diri kami dan maksud tujuan kami kepada sang tukang dan sedikit berbincang beliau pun menerima permintaan kami untuk mewawancarai objek observasi.
“Saya Yahya.” Ucap sang tukang. Pak Yahya ini adalah seorang tukang bangunan yang sudah lama bekerja. Beliau pun bercerita banyak hal dengan gayanya yang santai dan terlihat sangat antusias dengan pertanyaan kami.
Menurut beliau, beliau sudah bekerja sebagai tukang selama kurang lebih 35 – 38 tahun. Waktu yang cukup lama sebagai abdinya kepada pekerjaannya. Kami sempat bertanya mengenai pekerjaanya yang lain dan ia mengatakan bahwa sebenarnya ia pernah bekerja sebagai satpam di perumahan Pondok Indah berkat kenalan/temannya yang ada di sana, namun ia tidak lama bekerja di sana dan memutuskan untuk kembali bertukang.
Sebagai tukang, ia mengaku sudah tinggal lama di kawasan dekat sini dan ia bekerja menjadi tukang sejak ia masih lajang. Kami bertanya mengenai keluarga dan ia menjawab bahwa beliau menikah pada saat pekerjaannya pun sebagai tukang.
Ia mempunyai anak dan alhamdullilah sudah berpendidikan serta semuanya ia tempuh dengan pekerjaannya sebagai tukang. Menurut beliau, beliau sudah dikenal di wilayah sekitaran daerah ini dan sangat mudah menemukan beliau. Beliau bertempat tinggal di depan kamus Gunadarma. Melihat dari letak yang ia maksud sepertinya yang di maksud adalah kampus E Universitas Gunadarma.
Berikutnya kami menanyakan mengenai gaji beliau, beliau mengatakan bahwa beliau mendapat gaji kurang lebih Rp.150.000,00 per hari nya untuk digunakan untuk sekeluarga mulai dari makan dan tentunya membiayai anak – anaknya agar bisa sekolah.
Selanjutnya pak Yahya sendiri yang menceritakan cerita hidupnya kepada kami. Beliau yang sudah lama sekali menjadi kuli bangunan menceritakan kisahnya yang pada zaman tempo dulu hanya sedikit orang yang mau menjadi kuli bangunan namun seiring perkembangan zaman potensi itu justru terbalik.
Kami sempat bertanya mengenai bagaimana pendapat beliau mengenai pekerjaanya dan beliau pun menyatakan senang dengan pekerjaannya dan ikhlas dari lubuk hari dari dalam.
Setelah dirasa cukup kami memutuskan menyudahi pembicaraan kami dengan salam horma dan terima kasih sekaligus berpamitan dengan teman – temannya yang ada di sana karena kami takut menggangu pekerjaan mereka.




            C.    Mengunjungi Rumah Pak Yahya
Tertanggal 16 april 2018 kami memutuskan untuk melakukan observasi secara mendadak menuju kediaman pak Yahya yang katanya berada di dekat kampus E Universitas Gunadarma. Dengan bermodal bertanya – tanya kepada warga sekitar kami dapat dengan mudah menemukan tempat tinggal beliau. Ini hal yang wajar karena pak Yahya telah tinggal di kawasan ini selama kurang lebih 35 – 37 tahun lamanya.
Kawasan rumahnya cukup memprihatinkan dan sejujurnya sedikit miris untuk tinggal di kondisi seperti ini dengan durasi yang cukup lama. Kami dapat mengambil gambar seadanya karena kami tidak sopan untuk tiba- tiba datang ke rumah tanpa izin terlebih dahulu terlebih ini merupakan privasi keluarga Pak Yahya itu sendiri.
Yang kami lihat ialah kumpulan sampah bakar dan peralatan – peralatan ataupun sampah – sampah di sekitarnya. Rumahnya tergolong tidak terlalu buruk namun tetap lokasinya tidak baik untuk kesehatan. Dua Teman kami, Sindi dan Hilman mengabadikan gambar dengan beliau dan lain sebagainya.




           D.    Kesimpulan
Bedasarkan hasil observasi kami, dapat dikatakan bahwa seharusnya kita sebagai manusia harus banyak – banyak besyukur karena hidup itu bagaikan roda yang berputar. Manusia tidak akan puas dengan harta yang melimpah ataupun hedonisme yang bertebaran. Akan tetapi, kunci kebahagian adalah menerima apa adanya karena ketika kita besyukur dan saling menghargai maka disitulah cinta kasih yang sesungguhnya.

          E.     Lampiran/Riset Dokumentasi
Note: Kami mempunyai kendala teknis di mana pada observasi pertama data yang kami miliki (perekam suara dan foto – foto) Terhapus oleh salah satu anggota kami yang tidak bisa kami sebutkan namanya. Oleh karena itu foto dibawah ini berisikan hasil observasi lokasi semata.






[Ilmu Budaya Dasar] Menelusuri Konsep Manusia dan Cinta Kasih Melalui Metode Wawancara dan Observasi ke Masyarakat Kurang Mampu

Posted by : Raindeca Dzulikrom Haqqu
Monday, April 16, 2018
0 Comments

- Copyright © 2013 Eucliwood Hellscythe's Blog - Shiroi - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -