Archive for April 2019

Sumber: Flevy

     Di salah satu aspek penting dalam ITIL (Information Technology Infrastructure Library) terdapat satu hal yang disebut service design. Menurut Wikipedia Indonesia, Service Design merupakan suatu alat agar layanan TI dapat memberikan manfaat kepada pihak bisnis. Service Design berisi prinsip-prinsip dan metode-metode desain untuk mengkonversi tujuan-tujuan strategis organisasi TI dan bisnis menjadi portofolio/koleksi layanan TI serta aset-aset layanan, seperti server, storage dan sebagainya.
   Nah, salah satu yang menjadi perbincangan dari tahun 2011 ini ialah perbedaan dari BRM (Business Relationship Management) dan SLM (Service Level Management). Lalu apakah perbedaan dari kedua hal tersebut? Penasaran?
     Mari kita coba telaah secara seksama.

Business Relationship Management (BRM)

Sumber: saizenitc.com
     Secara terjemahan bahasa Indonesia, BRM mempunyai 3 elemen definisi yaitu bisnis, hubungan, dan manajemen. Artinya secara garis besar BRM akan meliputi ketiga elemen dari setiap definisinya. Dikutip dari Flevy, BRM mempunyai tujuan yaitu untuk mengadakan dan menjaga agar terjadi hubungan yang positif dalam bisnis, menyediakan masukan dan arahan di dalam desain, dan mengantarkan berbagai macam layanan yang ada untuk sebuah tujuan yaitu hasil dari bisnis yang diinginkan.
    Dalam penerapannya, terdapat dua aspek penting atau main focus dari subjek batasan BRM. Kedua hal itu ialah Strategic dan Operational.
   Intinya, BRM adalah sebuah proses bisnis di mana terjadi hubungan positif antar bisnis itu sendiri dan diatur dalam kiat manajemen berdasarkan strategi taktis dan operasional.

Service Level Management (SLM)

Sumber: wiki.en.it

  Dari segi bahasa kita dapat secara kasar menerjemahkan bahwa SLM adalah sebuah tingkatan layanan manajemen. Menurut Wiki.en.it, SLM mempunyai tujuan untuk mendapatkan kesepakatan antara tingkatan service dengan kostumer lalu mendesain layanan tersebut sesuai dengan target kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya.
    Dalam penerapannya, terdapat dua aspek penting atau main focus dari subjek batasan SLM. Kedua hal itu ialah Operational dan Tactical.

Apakah Perbedaannya?

Sumber: cmnogueira
   Bedasarkan data dari tabel di atas. Dapat ditarik sebuah garis di mana BRM lebih menekankan kepada hubungan bisnis sedangkan SLM lebih menekankan terhadap Agreement. Selain itu, fokus utama BRM adalah srategis dan taktis dan SLM adalah Operasional dan taktis.
     Lalu ukuran utama dari BRM adalah kepuasan pelanggan atau kostumer sedangkan ukuran utama SLM ialah menyelesaikan kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya.

Penerapan.

Source: Flaticon
    Di artikel sebelumnya saya telah membahas mengenai salah satu perusahaan raksasa Google. Maka mari kita coba analisa menggunakan pendekatan BRM dan juga SLM.
    Jika kita lihat desain yang telah dibuat Google maka ia sebenarnya menerapkan kedua desain ini. BRM mengutamakan kepuasan pelanggan. Hal itu dibuktikan dengan layanan mereka yang selalu memanjakan para kostumer. Sebut saja produk mereka yaitu Youtube yang telah memberikan kepuasan tersendiri kepada pelanggan. Lalu akes kepuasan fasilitas dari google yaitu integrated login system. Semuanya telah dipersiapkan.
     SLM, dilain pihak, telah dilakukan oleh perusahaan besar ini di dalam mengatur cloud computing. Google menyediakan layanan cloud dengan memenuhi Engine Service Level Agreement (SLA). Kesepakatan tersebut dapat dibaca melalui halaman ini.

Penutup

    Itulah pembahasan yang saya bisa tulis di artikel ini. semuga di lain kesempatan, saya dapat membuat tulisan yang lebih detil dan lebih baik dari pada sebelumnya. Mohon maaf jika ada kesalahan, karena kesalahan hanya milik manusia dan kebenaran hanya milik Allah SWT. Sekian dan sampai jumpa lagi.

Daftar Pustaka

https://purplegriffon.com/blog/brm-vs-slm diakses pukul 15.15 WIB
http://flevy.com/blog/itil-business-relationship-management-the-hidden-process/ diakses pukul 15.15 WIB
https://www.axelos.com/news/blogs/may-2015/cx-brm-slm diakses pukul 15:15 WIB
https://advisera.com/20000academy/blog/2013/07/15/business-relationship-management-service-level-management-much-management/ diakses pukul 3:!6 WIB
http://www.saizenitc.com/mycareermentor.in/page-ITIL.html diakses pukul 3:!6 WIB
http://www.cmnogueira.pt/2013/04/01/an-introduction-to-itil-part-15/ diakses pukul 15:16 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/ITIL diakses pukul 15:17 WIB
https://www.helpsystems.com/solutions/it-operations-management-automation/service-delivery-itil-version-2/service-level-management diakes pukul 15:17 WIB
https://wiki.en.it-processmaps.com/index.php/Service_Level_Management diakses pukul 15:17 WIB
https://www.comparebusinessproducts.com/briefs/google-relationship-management-grms-growing-impact-crm-socia diakes pukul 15:18 WIB
https://cloud.google.com/compute/sla diakses pukul 15:18 WIB

Business Relationship Management Vs Service Level Management

Posted by : Raindeca Dzulikrom Haqqu
Sunday, April 14, 2019
0 Comments
SOu
     Di dalam manajemen Teknologi Informasi, kita tidak dapat melepaskan diri dari berbagai macam standar yang telah ditentukan agar sebuah perusahaan dapat berkembang dengan semestinya. Oleh Karena itu, Banyak dari mereka berlomba-lomba mencari referensi dan gambaran atas standar itu. Salah satu yang terkenal ialah COBIT (Control Objective for Information and related Technology).
   Dikutip dalam Wikipedia, COBIT adalah suatu panduan standar praktik manajemen teknologi informasi yang mempunyai maksud utama menyediakan kebijakan yang jelas dan good practice untuk IT governance, membantu manajemen senior dalam memahami dan mengelola risiko-risiko yang berhubungan dengan IT.
     Melalui ISACA HQ dalam Youtube Channel nya, Ia menjelaskan tentang gambaran, tata cara, dan kelebihan dari sistem COBIT ini. Edisi COBIT saat ini adalah COBIT 5 dan informasi mengenainya dapat diakses di dalam halaman resmi COBIT atau melalui video berikut ini:



     Pada pembahasan kali ini, saya akan menganalisa perusahan PT. Telkom Indonesia Tbk semarang melalui referensi jurnal ilmiah karya Guido Waluyan dan Augie David Manuputty. Untuk lebih dalamnya maka saya akan persempit ke dalam 5 cakupan yaitu:
    1. Perancanaan dan Organisasi (PO);
    2. Pengadaan dan implementasi (AI);
    3. Pengantaran dan dukungan  (DS); dan
    4. Pengawasan dan evaluas (ME)
     Untuk perusahaan ini, bedasarkan jurnal yang digunakan, didapat hasil data sebagai berikut ini:
Sumber: Evaluasi Kinerja Tata Kelola TI Terhadap Penerapan Sistem Informasi Starclick Framework COBIT 5 (Studi Kasus: PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Semarang) (Gambar memiliki hak cipta dari pembuat jurnal)
     
Baiklah mari kita mulai dari yang pertama

Perencanaan dan Organisasi (PO)

     
Sumber: Van Haren Publishing

   Bedasarkan data yang telah dilampirkan di atas. PT Telkom Indonesia Tbk Semarang tidak memiliki masalah yang berarti dalam perencanaan yang diterapkan. Hal ini mungkin disebabkan dikarenakan mereka telah menerapkan sistem COBIT 5 dengan baik dan sejujurnya penulis masih belum mempunyai data yang lebih lengkap mengenai analisa bagian ini di dalam jurnal tersebut.

Pengadaan Dan Implementasi (AI)

     Pengadaan merupakan suatu mekanisme di mana pihak perusahaan menyediaan fasilitas IT yang memadai serta Implementasi adalah hasil kerja nyata dari mengadaan yang dilakukan diselaraskan dengan penggunaan fasilitas IT yang dimiliki.
    Melalui data di atas, lagi - lagi penulis belum dapat menemukan data secara kongkrit. Namun, Bedasarkan garis umum. Pengadaan dan implementasi PT. Telkom secara umum sudah bisa dinyatakan baik. Kurangnya data dikarenakan kurangnya analisa dan referensi yang dimiliki penulis.

Pengantaran dan Dukungan (DS)

    Pengantaran dan Dukungan merupakan pelayanan yang berikan oleh PT. Telkom Indonesia sebagai perusahanaan BUMN. Dalam Aspek ini, penulis tidak menemukan kesalahan dalam pelayanan yang diberikan dan masih belum menemukan masalah yang berarti dalam pengantaran dan dukungan yang diberikan.

Pengawasan dan Evaluasi (ME)

    Bedasarkan data yang diberikan ditemukan 3 masalah yang dialamai cabang semarang ini. Pertama ialah Belum maksimalnya transparansi performa terhadap pelaporan yang sistematik dan ketepatan maktu, masalah kesesuaian terhadap ketentuan dengan tujuan IT perusahaan yang berkaitan dengan sistem informasi “Startclik”. 
  Masalah Kedua ialah Kurangnya kontrol terhadap user yang mempengaruhi pemahaman user terhadap resiko-resiko yang bisa terjadi ketika sistem berjalan (human error). 
   Terakhir adalah Kurangnya kontrol secara menyeluruh dan berkala dengan pihak penyedia sistem terhadap persetujuan yang tertera dalam kontrak berkaitan dengan kebijakan, prinsip, standar.

Capability Level Process

     Melalui Jurnal tersebut, didapatkan nilai CLP sebesar 1.89 dan memiliki gap 1.10 untuk mencapai 3.00.

Kesimpulan

    Melalui beberapa faktor yang telah dilihat. Dapat disimpulkan bahwa PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Semarang mempunyai potensi untuk mencapai target 3.00 melalui konsep COBIT 5. Hal yang perlu diperbaiki salah satunya ialah Perusahaan melakukan analisis kebutuhan terhadap proses dan aktivitas yang akan dilakukan terkait dengan penerapan aplikasi Starclick. Perusahaan melakukan monitoring dan evaluasi yang tepat terhadap proses bisnis untuk mengoptimalkan proses penerapan aplikasi Starclick secara menyeluruh. Saran tersebut merupakan hasil dari buah tangan penulis jurnal.

Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/COBIT diakses pukul 10:30 WIB
Waluyan,Guido dan David Manuputty, Angie, "Evaluasi Kinerja Tata Kelola TI Terhadap Penerapan Sistem Informasi Starclick Framework COBIT 5 (Studi Kasus: PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Semarang)", Desember 2016, TEKNOSI

Penerapan COBIT 5 di Perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Semarang

Posted by : Raindeca Dzulikrom Haqqu
Saturday, April 13, 2019
0 Comments

- Copyright © 2013 Eucliwood Hellscythe's Blog - Shiroi - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -