Posted by : Raindeca Dzulikrom Haqqu Sunday, October 29, 2017

ETIKA SOPAN SANTUN DALAM BERKOMUNIKASI
STUDI KASUS: UNIVERSITAS INDONESIA


DISUSUN OLEH:

RAINDECA DZULIKROM HAQQU                   (14117910)







1KA16

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... ii
BAB I      PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1
A.    Latar Belakang dan Rumusan Masalah……………………………1
B.     Tujuan yang Akan Dicapai………………………………………...2
BAB II    UI KELUARKAN IMBAUAN ETIKA SALAM DAN
                 TERIMA KASIH UNTUK MAHASISWA……………………………3
BAB III    MENGANALISA FAKTOR PENYEBAB
PERMASALAHAN ETIKA DI KALANGAN PEMUDA     UNIVERSITAS INDONESIA………………………………………...5
BAB IV    SOLUSI UMUM YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH
     PEMERINTAH, MASYARAKAT DAN PEMUDA…………………...8
A.    Solusi yang Dapat Dilakukan Pemerintah…………………………8
B.     Solusi yang Dapat Dilakukan Masyarakat………………………...9
C.     Solusi yang Dapat Dilakukan Pemuda Indonesia………………...10
BAB V    PENUTUP……………………………………………………………..12
A.    Kesimpulan………………………………………………………..12
B.     Saran……………………………………………………………... 12
DAFTAR PUSTAKA.......………………………………………………….……..13







BAB I
PENDAHULUAN

A.            Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Di dunia dewasa ini banyak sekali perubahan – perubahan yang mendasar terhadap perilaku setiap manusia. Hal itu dapat dilihat mulai dari cara berpakaian, gaya berbicara hingga etika mereka terhadap sesama manusia. Salah satu objek perubahan itu ialah pemuda. Pemuda adalah suatu aset bangsa yang tak tergantikan mengingat merekalah yang akan melanjukan perjuangan bangsa kemudian hari nanti. Namun, ada suatu permasalahan yang menjangkit mereka saat ini yaitu etika dalam berperilaku terhadap sesama manusia.
Penulis ingin memfokuskan pembahasan terhadap suatu permasalahan sosial di kalangan pemuda terutama Indonesia yaitu Etika Sopan Santun dalam Berkomunikasi Studi Kasus: Universitas Indonesia sebagai acuan makalah ini. Penyebab hal tersebut ialah penulis ingin mengulik suatu permasalahan dari berita yang penulis baca yaitu “UI Mengeluarkan Peraturan Etika Mengirim Pesan Whatsapp Kepada Dosen.”
Era Globalisasi sendiri yang dipekirakan menjadi pelopor penting dalam perubahan sikap yang dialami oleh para pemuda indoensia. Perkembangan seperti internet dan media sosial menjadi penyumbang utama dalam merubah cara berkomunikasi pemuda Indonesia yang terkadang menuju ke arah gaya bahasa yang “kurang sopan”.
Adapun rumusan masalah yang kami gunakan sebagai acuan kami dalam membuat Makalah ini adalah sebagai berikut :
1.        Apakah faktor – faktor penyebab permasalahan etika di kalangan Pemuda Akademika Universitas Indonesia?
2.        Bagaimana solusi umum yang dapat dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan para pemuda Indonesia?

B.            Tujuan yang Akan Dicapai
Berdasarkan pernyataan diatas, tujuan yang akan dicapai dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Agar dapat mengetahui dan menganalisa faktor yang menyebabkan perubahan tingkah laku pemuda indonesia dengan studi kasus Universitas Indonesia
2.      Agar dapat memberikan solusi yang tepat yang dapat dilakukan pemerintah, masyarakat, dan para pemudia Indonesia.



BAB II
UI KELUARKAN IMBAUAN ETIKA SALAM DAN TERIMA KASIH UNTUK MAHASISWA


TEMPO.CO, Jakarta - Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia mengeluarkan imbauan etika menghubungi dosen melalui telepon genggam Ada tujuh hal yang diatur dalam aturan itu, dan satu hal contoh dalam memberi pesan singkat kepada dosennya.
Manajer Pendidikan dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia Lina Miftahul Jannah membenarkan imbauan itu dikeluarkan timnya sejak 26 September 2017. “Ini untuk menyambut mahasiswa baru,” katanya saat dihubungi Kamis 5 Oktober 2017. Baca: Ini Manfaat Berteman dengan Anak di Media Sosial 
Menurut Lina, dikeluarkannya imbauan itu karena ada keluhan dari para dosen terkait gaya komunikasi mahasiswa ke dosen akhir-akhir ini. Lina mencontohkan, para mahasiswa sering langsung 'menembak' waktu tertentu kepada sang dosen untuk melakukan bimbingan skripsi. “Mereka langsung katakan ‘Pak, besok bisa ketemuan?’,” kata Lina.
Seharusnya para mahasiswa bertanya terlebih dahulu kesiapan waktu sang dosen tanpa 'menembak' waktu tertentu. Apalagi dalam hal ini sang mahasiswa yang membutuhkan dosen, bukan sebaliknya. Masalah lain yang dialami para dosen adalah jam komunikasi yang dilakukan mahasiswa. Ada sebagian mahasiswa yang menghubungi para dosen di malam hari. “Seharusnya kan pada jam kerja saja. Ada beberapa dosen yang merasa terganggu karena sedang istirahat,” kata Lina.
Lina menilai gaya bahasa yang berubah ini terjadi karena semakin gencarnya media sosial di masyarakat. Sehingga cara komunikasi antar teman sejawat yang digunakan mahasiswa itu terbawa saat berkomunikasi dengan para dosen yang tentunya lebih tua dari mereka. Lina membenarkan seharusnya sopan santun berkomunikasi dengan orang yang lebih tua sudah seharusnya diajarkan di bangku sekolah dasar, atau maksimal di bangku sekolah menengah. “Anak zaman sekarang kan berbeda dengan zaman kita dulu (yang sudah diajarkan etika seperti itu),” katanya. Baca: Anak Ogah Curhat ke Orang Tua, Pasti Ada yang Tidak Beres
Lina menambahkan imbauan itu salah satu bentuk pencegahan yang dilakukan kampus agar mahasiswanya bisa berkomunikasi dengan lebih baik saat memasuki dunia kerja nanti. “Harapannya mereka nanti terbiasa berkomunikasi dengan baik di lingkungan sosial,” katanya.

Sumber Berita             : https://gaya.tempo.co/read/1022380/ui-keluarkan-imbauan-etika-salam-dan-terima-kasih-untuk-mahasiswa
Sumber Gambar          : https://news.detik.com/berita/3673415/alasan-ui-bikin-etika-kontak-dosen-via-wa-supaya-mahasiswa-sopan



BAB III
MENGANALISA FAKTOR PENYEBAB PERMASALAHAN ETIKA DI KALANGAN PEMUDA UNIVERSITAS INDONESIA

Sebagai permulaan pembahasan kali ini saya akan melampirkan pendapat saya mengenai apa itu etika. Etika adalah suatu sikap yang diterapkan oleh manusia dalam konteks menghormati sesama mereka. Hal itu pula yang mengatur seseorang agar mengikuti suatu cara dalam bentuk tata krama di kalangan masyarakat. Penyebab mengapa manusa harus beretika ialah untuk menunjukan diri bahwa ia adalah seorang manusia yang patut untuk diperhatikan dan tidak semena – mena dalam bertindak.
Manusia yang menggunakan etika sebagai landasan hidupnya biasanya akan terbiasa untuk mengikuti aturan dan ia tau bagaimana harus bersikap dalam berbagai jenis lingkungan yang ada di masyarakat. Hal itu tentu sangat dibutuhkan oleh setiap manusia terutama para golongan muda era millennia. Pemuda millennial dikenal beberapa orang sebagai kaum yang apatis dalam kehidupan “nyata” namun sangat “proaktif” dalam lingkungan “maya”. Oleh karena itu, kebanyakan dari mereka sangat sulit mengetahui sikap etika di masyarakat dikarenakan sebagian dari mereka tidak mengetahui bagaimana cara bertata krama dengan benar.
Mengalisis kasus yang sedang terjadi baru – baru ini yaitu dikeluarkannya peraturan oleh Universitas Indonesia kepada mahasiswanya untuk mengenai etika dalam berkomunikasi kepada dosen membuat saya ingin mengeluarkan beberapa pendapat yang mungkin sama dengan kebanyakan orang.
Pertama, mengapa terjadi penyelewengan etika di sana? Menurut Psikolog Astrid Wen ia menyatakan bahwa hal ini terjadi karena adanya perbedaan demokrasi pada masa lampau dan masa sekarang. Contoh ialah pada zaman dahulu kebanyakan orang merasa sulit dalam sektor ekonomi dan oleh karena itu, mereka bahu – membahu antar sesama manusia untuk keluar dari masyarakat.
Menurut saya sendiri sebagai mahasiswa Gunadarma menyatakan bahwa yang membuat beberapa pemuda di Universitas Indonesia kurang mengetahui etika ialah karena adanya faktor “kebiasaan”. Bisa dibilang terkait dengan pendapat Psikolog Astrid Wen, saya berpikir bahwa demokrasi saat ini begitu bebas sehingga banyak pemuda “keblablasan” dan hampir tidak bisa melihat batas – batas yang mereka harus tidak lewati.
Sebagai acuan ialah adanya media sosial sebagai pelopor gerakan ini. menurut saya kebanyakan dari pemuda berinteraksi secara bebas dalam media sosial sehingga menimbulkan “kebiasaan” yang saya maksud dan tidak terasa hal itu pun yang mereka bawa kepada orang yang lebih tua (dosen).
Hal berikut yang bisa menjadi faktor ialah kebebasan berpendapat antar sesama manusia. Bedasarkan UUD 1945 pasal 28 berbunyi “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.” Pasal ini mempunyai arti yang luas dan dalam konteks ini pula dikatakan bahwa pemuda pula dapat “bebas” dalam bersikap dan mengeluarkan pikirannya.
Dalam kasus Universitas Indonesia ini yang saya tangkap ialah beberapa mahasiswa di sana lebih bersikap “bebas” terhadap apapun sehingga timbul sifat yang dikenal sebagai “tidak mau diatur.” Ada dari pemuda kita mengutarakan kalimat seperti “Apa sih mau lo? Terserah gue dong mau ngapain bukan urusan lo!” atau “Mulut ya mulut gue ya terserah gue dong mau ngomong apa” dalam hal ini mereka akan lebih suka untuk langsung terus terang atas apa yang mereka katakan/tuju ketimbang memikirkan situasi dari lawan bicara yang mereka hadapi.
Berikutnya yang terakhir ialah adanya sifat egoistis dan tidak mau sabaran/to the point. Beberapa dari mereka mungkin memiliki keperluannya masing – masing sehingga mereka ingin segera menyelesaikannya. Terkadang sikap ini dapat tercemin dari bagaimana cara mereka berkomunikasi.
Sebagai contoh saya menguti pernyatataan dari artikel di bab II yaitu “Pak, besok bisa ketemuan?” Bila saya teliti gaya bahasanya terceminkan bahwa sang mahasiswa sengaja “menembak” sang dosen dengan maksud agar ia datang sesuai keinginan dari mahasiswa tersebut.
Sifat egoistis dapat terlihat jelas dan menyatakan bahwa mahasiswa tersebut terkesan seperti dosen yang membutuhkan dia bukan dia yang membutuhkan dosen. Mungkin sebagian dari pembaca berpikir “yaa wajar sajalah kan mahasiswa ingin cepat selesai skripsinya.” Atau “harus digituin biar dosennya nggak bisa alasan kabur entah kemana menelantarkan kami.” Saya pribadi tidak menyalahkan opini – opini tersebut namun perlu diingat bahwa hal itu adalah bentuk dari sifat ketidaksabaran.
Bila kita usut dalam, menurut Wikipedia.org definisi Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Kebanyakan pemuda sekarang kurang sabar dalam mengatasi suatu masalah dan mereka terkadang “sedikit memaksa” agar tujuan mereka cepat terselesaikan(To The point). Dari definisi tersebut terlihat jelas bahwa ketidakstabilan emosi dalam menahan dirilah yang menjadi pemicu utama dalam bertingkah laku.
Bedasarkan faktor – faktor diatas dapat saya simpulkan bahwa semua permasalahan etika berasal dari hati dan sikap dari setiap subjek pemuda itu sendiri. Jika ingin memperbaiki mereka mawa pebaiki dulu hati mereka dan kenali mereka agar dapat mengetahui metode yang tepat dalam mengajarkan etika kepada golongan pemudia khusunya di Indonesia.



  BAB IV
   SOLUSI UMUM YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH, MASYARAKAT DAN PEMUDA

A.                Solusi yang Dapat Dilakukan Pemerintah
Pemerintah mempunyai wewenang yang luas dalam menentukan kebijakannya. Namun hal itu tidak dilakukan secara serius oleh pemerintah dalam agenda “memperbaiki mutu sumber daya manusia.” Perlu diketahui bahwa etika merupakan pencerminan dari mutu sumber daya manusia itu sendiri.
Menurut saya. seharusnya pemerintah membuat suatu sosialisasi mengenai sikap dan tata cara berdemokrasi dengan cara yang benar dan sebuah sosialisasi mengenai etika dalam kasus bermedia sosial. Kedua hal itu penting dikarenakan penyumbang besar alasan kurang beretika sebagaimana telah dibahas dalam bab III ialah kebiasaan dan demokrasi yang bebas.
Jika pemerintah menerapkan sosialisasi demokrasi paling tidak akan mengurangi persepsi demokrasi yang salah dan menaikin citra pemerintah di depan masyarakatnnya. Hal ini tentu pula baik dalam hal “promosi keperintahan” atas isu – isu miring yang menerpa pemerintah beberapa tahun kebelakangan terutama di sisi legislatif ketimbang eksekutif.
Demokrasi pancasila juga harus ditegakkan karena dalam pancasila itu tersendiri mengangdung nilai yang kental terhadap etika – etika rakyat Indonesia yang harus diterapkan sesegerakan mungkin kepada para pemudanya. Jangan jadikan mereka menjadi objek adu domba politik dan memanfaatkan semangat mereka justru ke arah yang salah.
Lalu dengan diadakan sosialisasi etika dalam bermedia sosial diharapkan generasi muda dapat berkembang dan mengetahui batas – batas yang mereka tidak boleh langgar bagaikan menembus dimensi ke empat. Dengan ini dapat dipastikan pemuda pun akan menjadi pelopor beretika dan dapat ditiru oleh generasi – generasi berikutnya.

B.                 Solusi yang Dapat Dilakukan Masyarakat
Masyarakat mempunyai peranan penting dalam mengembangkan sikat beretika di lingkungan mereka. Masyarakat yang baik akan mengajarkan bagaimana cara beretika mulai dari lingkungan keluarganya. Bisa dianalogikan sebelum membuat perubahan ubahlah diri sendiri terlebih dahulu.
Dari scope ini seorang kepala keluarga dapat mendidik keluarganya agar tau tata krama yang baik dan benar mulai dari gerakan salam hingga berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Metode ini menjadi peranan penting Karena dengan mengubah yang kecil akan membuat suatu perubahan yang besar bila dilakukan oleh setiap orang.
Selanjutnya ketika seseorang sebut saja pemuda sudah mengerti beretika dalam lingkungan keluarganya maka suruhlah ia berinteraksi dengan dunia luar dimulai dari tetangganya. Dengan mengenal tetangga kita dapat tau bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Selain itu hal terpenting ialah pemuda harus mengikuti perkumpulan warga seperti karang taruna. Bila dibiasakan maka akan tercipta generasi emas pemuda yang mempunyai solidaritas tinggi serta menjunjung tinggi sifat beretika sesama manusia.
Ketika pemuda sudah paham perannya dalam lingkungan tetangga maka ia bisa membawa dirinya keseluruh aspek kehidupan bermasyarakat. Dengan hal ini pula ia dapat menempatkan diri ketika sedang berinteraksi dengan yang lebih tua dalam lingkungan aktivitas akademika yang mereka jalani. Tentu metode ini membuat tugas pemerinta pula semakin mudah dalam hal menaikan mutu dari setiap sumber daya manusia khusunya para golongan pemuda yang sangat produktif dan dapat dimanfaatkan secara maksimal dan membantu perkembangan negara Indonesia itu sendiri.




C.                Solusi yang Dapat Dilakukan Pemuda Indonesia
Pemuda adalah kunci dari pergerakan revolusi seperti yang saya kutip dari pidato menggelora Ir. Soekarno “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Oleh karena itu, kunci dari keberhasilan suatu bangsa adalah pemudanya.
Hal atau solusi yang dapat dilakukan oleh para pemuda Indonesia adalah meningkatkan sikap solidaritasan sehingga akan menumbuhkan pula sifat etika yang bermoral. Dalam hal ini semakin baik moral suatu pemuda maka akan naik pula cara tingkah laku dari subjek manusia tersebut.
Pada kasus ini hal yang dapat memecah pemuda saat ini adalah era globalisasi dan menurunkan sikap gotong royong. Etika sendiri merupakan prinsip bermasyarakat sehingga solusi pertama dalam mengatasi permasalahan sosial dalam ruang lingkup etika adalah gotong royong.
Berikutnya ialah sering – seringlah bergaul dengan berbagai jenis orang sehingga pemuda tau bagaimana menempatkan diri mereka dalam berbagai hal situasi yang ada. Dalam suatu kasus di Universitas Indonesia sebagaimana dikutip dari bab II adalah timbulnya sikap “kebiasaan”. Kebiasaan sendiri karena mereka lebih berbasis pada daerah pertemanan yang kurang lebih sama bahkan berkomunikasi dengan metode jarak jauh. Implikasi ini menyebabkan pemuda tidak dapat meliha atau merasakan lawan bicaranya dan mengakibatkan mereka tidak dapat menentukan etika yang tepat dalam bermsyarakat.
Terakhir ialah ikuti organisasi – organisasi yang menyerukan semangat pemuda khususnya dalma bidang beretika karena di sana kalian dapat menemukan berbagai sifat orang lain lalu didukung oleh sifat organisasi sendiri yaitu berkolaborasi bermanfaat berimplikasi pula terhadap pribadi dari setiap golongan pemuda yang berada dalam ruang lingkup tersebut.

Bila semua solusi diatas dilakukan tidak hanya etika yang dapat dilakukan namun sifat – sifat dan norma lain dapat dikembangan yang tentu akan menguntungkan baik masyarakat sebagai sumber daya manusia serta pemerintah dalam menjalankan berbagai macam program pemerintah ataupun kebijakan yang dikehendaki.



    BAB V
   PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan opini saya, dapat dikatakan bahwa masih rendahnya sikap beretika di kalangan pemuda dan perlu ada tindakan agar budaya “tidak sopan” dapat diminimalisir atau dihilangkan dalam budaya masyarakat Indonesia. Untuk itu kasus ini butuh perhatian serius terutama pemuda Indonesia sebagai pemain penting dalam permasalahan etika ini.
Oleh Karena itu, saya sebagai penulis makalah ini mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi informasi dan teguran terhadap diri saya sebagai salah satu pelaku yaitu pemuda Indonesia. saya juga berharap bagi masyarakat luas supaya dapat mendunkung sikap etika di dalam kehidupan terutama dalam aspek keluarga. Selain itu, opini ini juga ditujukan untuk pemerintah ke depan agar dapat meningkatkan sikap etika pemuda Indonesia di masa depan.
B.     Saran
Kami tidak memungkiri bahwa makalah ini tidaklah sempurna disebabkan oleh kurangnya sumber yang lebih luas, akurat, terpercaya, dan pengetahuan yang sempit dari penulis. Diharapkan kedepan akan ada opini lain yang dapat menyempurnakan makalah saya atau saya pribadi mendapat kesempatan untuk melanjutkan riset mengenai etika di kemudian hari.ini.


DAFTAR PUSTAKA
https://www.@gaya.tempo.co/read/1022380/ui-keluarkan-imbauan-etika-salam-dan-terima-kasih-untuk-mahasiswa
https://www.@gaya.tempo.co/read/1022421/mengapa-mahasiswa-masih-diajarkan-etika-maaf-dan-terima-kasih
https://www.@news.detik.com/berita/3673415/alasan-ui-bikin-etika-kontak-dosen-via-wa-supaya-mahasiswa-sopan

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Eucliwood Hellscythe's Blog - Shiroi - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -