Posted by : Raindeca Dzulikrom Haqqu Sunday, October 29, 2017

SOSIALISASI PENGAMEN DI KALANGAN MASYARAKAT
Ditujukan untuk memenuhi nilai mata kuliah Ilmu Sosial Dasar

Disusun oleh
Kelompok I:
1.      Andika Mufid                                                                              10117697
2.      Farhan Fadhilah                                                                         12117178
3.      Maria Cristina Aruan                                                                16117645
4.      Muhammad Syahdan Haidar                                                    17117200
5.      Nadya Berliana                                                                           14117391
6.      Raindeca Dzulikrom Haqqu                                                      14117910
7.      Ridwan Fahdika Ahmad                                                            15117165


1KA16

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. II
BAB I      PENDAHULUAN…………………………..............................……... .1
A.    Latar Belakang dan Rumusan Masalah.........………...................... 1
B.     Tujuan yang Akan Dicapai……………..........................................2
BAB II    PEMBAHASAN………………………………………………............. 3
A.    Pendapat Umum Mengenai Pengamen di Kalangan Masyarakat…......3
B.     Munculnya Permasalahan Sosial Pengamen di
Kalangan Masyarakat…………………………………………….................................5
C.     Solusi Mengatasi Profesi Pengamen di Kalangan Masyarakat……6
BAB III    HASIL SOSIALISASI, FAKTA – FAKTA DAN
     PEMECAHAN MASALAH…………………………………………...............7
A.    Hasil Sosialisasi…………………………………………………...7
B.     Fakta – Fakta……………………………………………………. 11
C.     Pemecahan Masalah Sementara………………………………….14
BAB IV    PENUTUP………………………………………………................... .16
A.    Kesimpulan…………………………………………………….... 16
B.     Saran……………………………………...................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.......………………………………………………….……..17



BAB I
PENDAHULUAN

A.            Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Permasalahan sosial saat ini begitu melekat dalam kehidupan manusia. Mulai dari kesenjangan sosial, kemiskinan, etika, kebiasaan buruk, hingga pekerjaan. Salah satu contohnya ialah munculnya profesi seperti pengamen yang memanfaatkan bakat mereka di tempat yang salah. Pengamen selalu dianggap sebelah mata oleh masyarakat sehingga banyak yang tidak menyadari permasalahan ini padahal tersimpan potensi besar dari sosok pengamen tersebut.
Penulis ingin memfokuskan pembahasan terhadap suatu profesi pekerjaan yaitu pengamen sebagai acuan makalah ini. Penyebab hal tersebut ialah penulis ingin menginformasikan hal penting mengenai potensi yang jarang diketahui oleh khalayak publik dengan melakukan sosialisasi kepada para pengamen di jalanan.
Alasan orang untuk menjadi pengamen pula beragam namun bakat yang mereka miliki yang sama sekali tidak ada di tempat bimbingan belajar atau sejenisnya membuat mereka terlahir dari suatu titik kegagalan dan ingin bangkit demi melanjutkan hidupnya.
Namun, ciri khas pengamen sendiri sering mendapat sentimen negatif dari golongan masyarakat sendiri dan membuat nasib mereka terlonta – lonta karena tuduhan yang tidak sepenuhnya benar itu.
Adapun rumusan masalah yang kami gunakan sebagai acuan kami dalam membuat Makalah ini adalah sebagai berikut :
1.        Bagaimana pandangan umum mengenai profesi pengamen di kalangan masyarakat?
2.        Mengapa muncul permasalahan sosial seperti pengamen di kalangan masyarakat?
3.        Bagaimana solusi untuk memanfaatkan profesi pengamen sesuai dengan keinginan publik?

B.            Tujuan yang Akan Dicapai
Berdasarkan pernyataan diatas, tujuan yang akan dicapai dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Agar dapat mengetahui berbagai sudut pandang umum mengenai profesi pengamen.
2.      Agar dapat mengetahui seluk beluk permasalahan sosial seperti pengamen di kalangan masyarakat.
Agar dapat memberikan solusi yang tepat untuk memanfaatkan sumber daya pengamen sesuai keinganan masyarakat.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pendapat Umum Mengenai Pengamen di Kalangan Masyarakat
Pada hakekatnya manusia mempunyai cara pandang masing – masing mengenai suatu permasalahan. Permasalahan itu tersendiri terkadang menimbulkan perdebatan akibat adanya perbedaan pendapat. Bedasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa cara pandang masyarakat mengenai pengamen adalah salah beragam.
Cara pandang yang paling mendasar adalah pengamen tidak sepenuhnya buruk. Hal itu dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa pembagian metode yang real yang tentu dapat dinilai oleh setiap orang yang mempunyai cara pandang yang sama.
Menurut Jamal Hilmi dalam skripsinya yang berjudul Fenomena Keberadaan Pengamen di lingkungan Wisata; Studi Kasus Pengamen Anaka di Lingkungan Wisata Kota Tua Jakarta, ia menyatakan bahwa sifat positif dari pengamen sendiri adalah mereka sangat baik dalam menemukan peluang, tahan bekerja keras, memiliki solidaritas yang tinggi, terampil, bersikap terbuka dan saling percaya.
Menurut beliau pula ia menyatakan bahwa pengamen adalah sosok yang asertif. Asertif adalah suatu tindakan yang tidak merugikan diri sendiri dan juga diri masyarakat sehingga pada dasarnya ia tidak hanya menimbulkan dampak negatif melainkan dampak postif bagi masyarakat seperti menghibur dan lain sebagainya.
Adapun cara pandang yang lain ialah pengamen merupakan suatu permasalahan sosial. Hal tersebut pula memiliki dasar dan acuan yang kongkrit yang dapat dibuktikan oleh beberapa opini dan kajian dari berbagai narasumber yang ada.
Menurut Haryo Phebi Gunantoro dalam skripsinya yang berjudul Pengamen Tanjungpinang(Studi Tentang Perilaku Menyimpang Pengamen Kawasan Tepi Laut), ia mendefinikan bahwa pengamen telah melakukan penyimpangan yang cenderung bertindak kearah – arah yang kurang baik dilihat masyarakat bedasarkan informan penelitian.
Bedasarkan hasil eksperimen Alfiah dalam sidang Skripsinya berjudul Pengamen dan Ketertiban Umum(Pandangan Mahasiswa Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Mayoritas mahasiswa di sana merasa terganggu dengan kehadiran para pengamen.
Alfiah pun mengutip bunyi dalam pasal 504 KUHP yang berisi tentang larangan untuk mengemis dan menggelandang yang secara tidak langsung menyatakan bahwa tindakan pengamen sendiri sudah melawan bunyi di pasal 504 KUHP tersebut.


B.     Munculnya Permasalahan Sosial Pengamen di Kalangan Masyarakat
Pengamen tentu mempunyai motif sehingga ia mau pergi ke jalan dan melakukan pekerjaannya di sana. Dari sekian banyak motif itu tentu dilandasi oleh pedoman kuat dari setiap individu pengamen itu sendiri. Oleh karena itu, bedasarkan data yang ada penyebab permasalahan sosial tersebut dapat di golongkan ke dalam suatu aspek yang lebih umum.
            Menurut Jamal Hilmi dalam skripsinya, ia menyatakan bahwa permasalahan pengamen timbul karena adanya dorongan dari dua aspek yaitu sosial dan ekonomi. Dalam aspek sosial hal ini lebih dipengaruhi oleh pergaulan atau paksaan dari kedua orang tua dan memerintahkan seseorang seperti anak mereka untuk pergi mengamen demi memebuhi kebutuhan ekonomi.
            Bedasarkan hal tersebut dapat di berikan bahwa penyebab – penyebab seperti itu dapat menyebabkan jumlah pengamen semakin bertambah dan timbul suatu permasalah sosial yang nyata di kalangan masyarakat. Tidak hanya dari data ini, ada beberapa beberapa data lain yang mendukung hal tersebut.
             Menurut situs landasanteori.com mengutip buku karangan Siregar halaman 39 terbitan 2004 menyatakan bahwa ada sebuah istilah unik untuk para pengamen yaitu banyak di jalan, banyak uang. Hal ini tentu membuat jumlah motif lahirnya pengamen semakin banyak dak berkembang.
            Bedasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa fondasi paling mendasar mengenai motif pengamen di kalangan masyarakat ialah karena adanya kecendurangn factor ekonomi yang tidak baik sehingga memaksa mereka melakukan aktivitas tersebut dengan terpaksa.


          C.    Solusi Mengatasi Profesi Pengamen di Kalangan Masyarakat
Profesi pengamen bisa menjadi panutan ataupun menjadi ancaman bagi siapa saja yang memegang teguh dengan perspektif yang diyakini. Hal ini mempengaruhi metode penyelesaian atau solusi untuk mengatasi adanya profesi pengamen di kalangan masyarakat.
Menurut Alfiah dalan skripsinya, ia berpendapat bahwa seharusnya pemerintah harus menyiapkan suatu wadah yang dapat menampung kreativitas para pengamen sehingga mereka dapat bekerja keras tanpa harus mengamen.
Menurut Jamal Hilmi, ia menyarankan bahwa sebaiknya para pengamen terutama anak – anak untuk diberi kasih sayang sehingga ia tidak melakukan perilau menyimpang, mendapat hak edukasi yang baik, serta untuk pemerintah untuk intensif melakukan penertiban dan membuat rumah singgah bagi para anak jalanan.
Menurut Haryo Phebi Gunantoro, ia menyarankan bahwa sebaiknya para pengamen dikumpulkan di suatu wadah dan dilatih tidak hanya dari segi seni musik melainkan hal yang agar menciptakan manusia yang terampil dan berguna bagi masyarakat.
           Suatu aksi nyata pun telah dilakukan oleh warga DKV Binus dalam workshop Kreatif Do Good Indonesia: Better Jakarta. Sebagai yang dikutip dalam situs indonesiakreatif.bekraf.go.id dengan kelima proyeknya dengan takjub The Hidden Beauty of Rawa Belong membuat salah satunya pengamen untuk “naik pangkat” dengan melakukan make over terhadap para pengamen.


BAB III
HASIL SOSIALISASI, FAKTA – FAKTA DAN PEMECAHAN MASALAH

          A.    Hasil Sosialisasi
Screenshot_20170928-234214 Screenshot_20170928-234300 
Sosialisasi/wawancara singkat Para Akademika Universitas Gunadarma
Sosialisasi dan wawancara singkat Pengamen jalanan.






1506616123861  1506616126400
1506616122550 1506616125115
Sosialisasi Dunia maya mengenai Pengamen
 
Responden ketiga dan keempat
Responden kelima
            Responden keenam
Responden ketujuh
Responden kedelapan
Responden kesembilan

Note : Atas Dasar Privasi saya tidak dapat mengunggah foto dengan terang - terangan, jika ingin mengetahuinya silahkan hubungi Dosen yang bersangkutan. terima kasih


          B.     Fakta – Fakta
Bedasarkan hasil sosialisasi kelompok kami dapat dinyatakan bahwa setiap orang mempunya cara pandang atau sisi yang relatif berbeda – beda mengenai eksistensi pengamen. Ada yang pro ada yang kontra berikut keterangan dari sembilan narasumber yang telah kami wawancarai.
Menurut narasumber yang pertama ia mendefinikan pengamen sebagai pekerjaan atau profesi yang dilakukan dengan cara bernyayi di jalanan seperti jalan raya ataupun angkot. Menurutnya ia tidak keberatan dengan adanya profesi itu selama ia masih dalam koridor yang benar dan mencari nafkah dengan cara yang halal. Lalu pandangan narasumber mengenai alasan para pengamen adalah dikarenakan tidak adanya lapangan pekerjaan.
Berikutnya ialah narasumber kedua, ia menyatakan bahwa pengamen adalah orang – orang yang mempunyai bakat seni dan menyalurkannya dalam bidang musik.respon dari sang narasumber ialah mengapresiasi pekerjaan tersebut namun ia mengkritik suatu hal dikarenakan para musisi jalanan itu tidak mendapatkan media atau wadah yang tepat untuk mengamen. Alasan versi narasumber mengenai penyebab adanya profesi tersebut adalah kemiskinan.
Selanjutnya narasumber ketiga, menurutnya pengamen adalah seseorang yang meminta – minta di jalanan tanpa mengenal umur dari anak – anak hingga dewasa. Sudut pandang narasumber terhadap pegamen adalah netral tetapi akan lebih baik jika mereka tidak mengamen, menurut sang narasumber alasan orang mengamen adalah karena adanya tekanan hidup. Mengutip sebuah kasus yang diceritakan dari narasumber tiga, ia menceritakan bahwa di suatu wilayah ada anak – anak pengamen yang dipaksa untuk mengamen agar dapat menyerakan uang setoran kepada pihak – pihak yang tidak bertanggung jawab seperti preman. Hal ini menyebabkan adanya paksaan mental yang membebani mereka sehingga mau tidak mau pilihan hidupnya dalah mengamen.
Menurut narasumber keempat, pengamen adalah suatu profesi yang membutuhkan skill dalam pekerjaannya dan menganggap bahwa pengamen adalah tergolong “pekerjaan”. Menurutnya ia lebih mengapresiasi pengamen ketimbang pengemis karena tidak meminta – minta dan lebih untuk bekerja. Narasumber tersebut mengatakan bahwa profesi ini muncul karena adanya paksaan dan tekanan ekonimi yang melanda mereka.
Berikutnya narasumber kelima, menurutnya pengamen adalah suatu pekerjaan. Respon narasumber terhadap mereka adalah risih bila ada pengamen yang menghampiri dirinya terutama ketika sedang makan. Menurutnya alasan muncul pengamen adalah karena unsur kebutuhan yang harus dipenuhi.
Selanjutnya narasumber keenam, menurutnya pengamen adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh anak – anak muda yang berorientasi kepada kemalasan. Menurutnya pekerjaan itu adalah alasan mereka karena tidak mau mencari kerja dan lebih memilih menganggur. Ia pun menceritakan bahwa di wilayah rumahnya sering sekali pengamen lewat dan terkadang mereka menganggu sang narasumber.
Menurut narasumber ketujuh, pengamen adalah seseorang yang dianggap tidak mempunya apa – apa secara materil dan lebih mengorientasikan pekerjaannya untuk mencari uang ketimbang memberikan makan keluarga/anak – anaknya. Sudut pandang narasumber adalah sedikit risih dengan eksistensi mereka. menurutnya penyebab muncul profesi ini karena mereka membutuhkan uang dengan cara yang secepat mungkin.
Berikutnya narasumber kedelapan, menurutnya ia menganggap bahwa definisi pengamen sendiri terlalu luas. Salah satunya adalah ia menganggap bahwa mengamen merupakan pekerjaan layak terutama di kafe – kafe ketimbang yang ada di jalanan. Mengutip contoh dari narasumber ini, ia memberikan gambaran pengamen yang ada di Yogyakarta dan mengatakan bahwa di sana pengamen menitikberatkan terhadap pelestarian budaya. Sudut pandang narasumber mengenai pengamen condong positif kecuali bagi yang di jalan – jalan. Menurutnya alasan mereka mengamen adalah karena tidak punya pekerjaan dan mengamen untuk bekerja. Namun, mengutip contoh dari narasumber ini ada suatu gambaran bahwa pengamen yang berada di jalan condong ke arah anarkis karena mereka seperti memaksa untuk meminta uang lalu agar tidak memaksa maka diberi uang.
Selanjutnya narasumber kesembilan, menurutnya pengamen adalah suatu profesi yang dapat diapresiasi karena mereka adalah orang yang berseni dengan niat yang baik ketimbang mengemis. Sudut pandang narasumber ini terhadap pengemis adalah netral dikarenakan walau ia mengapresiasinya dia pula menyebutkan sisi negatif dari pengamen yaitu mereka sedikit memaksa dan jumlah mereka terlalu banyak. Menurutnya alasan mereka untuk mengamen dikarenakan tidak adanya lapangan pekerjaan serta ada pula sebagai sarana penyalur hobi dan ada menghindari diri dari mengemis.
Narasumber terakhir yaitu kesepuluh dan kesebelas sekaligus dari sisi pengamen itu sendiri. Narasumber kesepuluh sudah dua tahun mengamen sedangkan untuk narasumber kesebelas sudah mengamen sejak duduk di kelas 5 SD. Menurut mereka cara pandang umum masyarakat terhadap mereka adalah dipandang sebelah mata dengan kata lain diremehkan. Menurut mereka alasan mereka mengamen adalah bagi narasumber kesepuluh sebagai pekerjaan sampingan dan yang kesebelas sebagai media mencari nafkah demi keluarganya.


           C.    Pemecahan Masalah
Bedasarkan hasil sosialisasi ditemukan pula cara pemecahan masalah yang cukup beragam. Pemecahan tersebut ada yang ditujukan kepada individu atau masyarakat dan juga terutama pemerintah agar dapat mengatasi permasalahan sosial yang berkenaan dengan eksistensi profesi pengamen.
Menurut narasumber ketiga, solusi yang tepat untuk mengatasi profesi pengamen di kalangan masyarakat adalah diadakannya rehabilitasi mental untuk mengubah cara pandang pengamen dan membuat mereka sadar akan potensi yang mereka punyai serta mengajak mereka untuk melakukan aktivitas yang lebih bermaanfaat di sana seperti diarahkanya mereka di sektor kerajinan dan industry.
Menurut narasumber keempat, ia lebih berpendapat bahwa solusinya ialah kita sebagai masyarakat harus merangkul mereka dalam makna menciptakan suatu komunitas pengamen agar mereka dapat mengamen dengan adab yang benar dan tidak menggangu masyarakat. Ia menekannya bahwa untuk merealisasikan hal ini dibutuhkan campur tangan pemerintah sebagai media utama penggerak suatu kebijakan.
Menurut narasumber kelima, ia lebih menitikberatkan pemecahan masalah ke dalam dua bidang yaitu mencari pekerjaan atau menjadi wirausaha alias berdagang. Sayangnya sang narasumber tidak menjelaskannya secara spesifik sehingga kami tidak tau penerapannya.
Menurut narasumber keenam untuk pemecahan masalahnya adalah lebih baik para pemuda pengamen itu ditampung lalu dilatih oleh bantuan pemerintah agar menadikan mereka lebih produktif ketimbang malas – malasan mengamen. Dengan adalanya pelatihan mungkin pula mereka dapat dikenal seperti yang ada di televisi.
Menurut narasumber ketujuh, ia menyebutkan suatu gebrakan yaitu menggunakaan cara subsidi. Cara ialah menyalurkan sebagian dana pemerintah kepada para pengamen dalam bentuk pendidikan dan lapangan pekerjaan. Diharapkan pula hal dapat menyelesaikan permasalahan pengamen di masyarakat.

Menurut narasumber kedelapan, ia menyatakan bahwa pengamen bukanlah masalah tetapi orang yang meminta di jalanlah yang menjadi masalah. Dalam kasus ini ia lebih menyatakan bahwa pengamen seperti yang di kafe – kafe bukanlah masalah di lingkungan masyarakat tetapi pengamen di jalanan yang menjadi masalah sehingga untuk setiap individu diharapkan tidak usah memberikan uang kepada mereka dengan tujuan agar mereka tidak mempunyai pendapatan dari pekerjaan tersebut sehingga jumlah populasi pengamen jalanan dapat berkurang.
Menurut narasumber kesembilan, agar masyarakat tidak terganggu dengan adanya penumpukan pengamen di suatu titik maka ia menyarankan untuk membagi jatah wilayah mereka masing – masing dan membagi keuntungannya secara sama.
Terakhir dari sisi pandang pengamen itu sendiri narasumber kesepuluh dan kesebelas mengharapkan adanya suatu tempat untuk mereka mengamen dan tidak perlu berkeliaran di jalan – jalan ataupun di gang – gang sempit lagi.




                                                               BAB IV
   PENUTUP

A.                Kesimpulan Sementara
Berdasarkan hasil sosialisasi, kami menyimpulkan bahwa permasalahan sosial ini bisa dimanfaatkan terlepas dari stigma masyarakat yang buruk menuju hal yang lebih positif. Dengan melakukan hal ini diharapkan negara kita dapat mengurangi populasi kemiskinan yang semakin meningkat. Namun, kesimpulan ini belumlah sempurna dikarenakan kurangnya responden dan data yang diperoleh.
Oleh Karena itu, kami sebagai peniliti makalah ini mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi informasi dan teguran terhadap diri kami sebagai penulis sendiri agar lebih menghargai pengamen. Kami juga berharap bagi masyarakat luas supaya dapat mengapresiasi kerja keras pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. Selain itu, makalah ini juga ditujukan untuk pemerintah agar ke depan agar dapat tidak ada lagi kemiskinan yang merata.

B.                 Saran
Kami tidak memungkiri bahwa makalah ini tidaklah sempurna disebabkan oleh kurangnya sumber yang lebih luas, akurat, dan terpercaya. Diharapkan kedepan akan ada tim sosialisasi lain yang dapat menyempurnakan makalah kami atau kami pribadi mendapat kesempatan untuk melanjutkan makalah ini lebih dalam.


DAFTAR PUSTAKA
Https://www.@repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30144/1/JAMAL%20HILMI-FISIP.pdf
Https://www.@jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2016/07/JURNAL.pdf
Https://www.@digilib.uin-suka.ac.id/11390/1/BAB%20I%2C%20V%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
Https://www.@indonesiakreatif.bekraf.go.id/iknews/do-good-better-jakarta-aksi-mahasiswa-menyelamatkan-ibukota/
Http://www.@landasanteori.com/2015/08/pengertian-anak-jalanan-faktor-yang.html


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Eucliwood Hellscythe's Blog - Shiroi - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -